Nemu cerpen lama

Tadi pagi pas mau nyari tugas di kardus2 tempat gw nyimpen bahan kul, gw nemu cerpen lama yang filenya uda hilang bersamaan dengan hilangnya laptop gw...
Dulu gw perna janji ma yonana mau nunjukin cerpen gw dan ga perna gw kirimin ke dia karna emang uda hilang smua filenya.
So, gw bersyukur yang satu ini uda gw print. tapi ga tau juga c yang ini uda perna dibaca ga ma nana... enjoy!

Jalan-Jalan Panjang

Cinta. Ketika ia menghampiri, Jamirah tidak pernah tahu bahwa cinta itu akan begitu menyakiti dirinya. Mencintai tidak semudah yang ia bayangkan. Bukankah kata orang cinta itu manis dan menyenangkan. Dua puluh tahun ia bercinta, yang ada hanyalah cecap nikmat di awal, selebihnya derita dan sakit yang dialaminya.

Umur 17 tahun ia dikawinkan dengan tetangganya seorang tentara berusia 25 tahun. Ia tak mengenal pemuda itu tapi senang-senang saja karena martabat keluarganya akan terangkat. Menikah 2 minggu, suaminya sudah harus tugas ke Irak. Taulah ia, ia dijodohkan karena memang mertuanya takut anaknya tak kan pernah kawin.

Berbulan ia tak menjumpai suaminya. Hampirlah ia lupa seperti apa mukanya. Ia tinggal di rumah mertuanya sudah seperti pembantu saja. Semua kegiatan rumah tangga dilakukannya dari subuh sampai malam tanpa bisa berkeluh-kesah.

Di tahun pertama perkawinannya, datanglah kabar itu. Suaminya mati terkena bom bunuh diri suku Kurdi. Tanggungjawab mertuanya pun berakhir. Malam ke-15 setelah kabar itu datang, ia dipanggil. Ayah dan ibu suaminya duduk di meja makan, yang lelaki berpeci dan merokok sementara yang perempuan mengipas-ngipasi dirinya dengan kipas cina.

Dikiranya kabar gembira yang diterimanya, dikiranya dia akan dipulangkan pada mak-bapaknya. Ternyata, ia dikawinkan. DIKAWINKAN. Bahkan sebelum masa berkabungnya lewat. Lebih parah lagi ia dikawinkan dengan Haji beristri tiga. JAdilah ia istri keempat seorang Haji yang mempunyai usaha keripik singkong.

Sekali lagi cecap nikmat dirasanya pada masa awal perkawinan (kali ini is hanya dikawin siri). Saat itu ia berumur 18 tahun, suaminya berumur 53 tahun, lebih tua 7 tahun dari bapaknya. Ia tidak mengeluh karena suami barunya menghadiahi begitu banyak baju baru dan perhiasan.

Ia diberi satu petak rumah sederhana jauh dari rumah mantan mertuanya. Senyum tersungging mengingat ia mungkin tak kan pernah bertemu mereka lagi. Empat tahun ia bercinta bersenang, kemudian suaminya mencari istri baru lagi. Kali ini bahkan lebih muda 2 tahun dari Jum ketika ia menikah dengan Pak Haji.

Di tahun kelima ia hamil, itupun setelah segala usaha dilakukannya. Jum takut ia dibuang Pak Haji karena tak kunjung memberi keturunan. Tahun keenam, Siti LAyla lahir ke dunia, ia begitu mirip dengan ibunya, begitu berbeda dari bapaknya. Pak HAji semakin jarang datang ke rumahnya.

Tiga tahun kemudian dilaluinya dengan lambat, Pak Haji memberi nafkah kalau ingat, datanga kalau dipanggil, semakin melupakannya. Jum mendengar dari istri kedua bahwa Pak HAji sudah mempunyai istri baru seorang artis. Apa yang dipikirkan artis tersebut, pikir Jumi. Kenapa ia mau menjadi istri kelima? Sebuah misteri.

Tahun demi tahun berikutnya, ia menjual sedikit demi sedikit perhiasannya. Nasibnya tak lebih berat dari istri-istri sebelumnya. Kelihatannya Pak Haji benar-benar telah terpikat kepada artis tersebut sehingga melupakan istri-istri dan 7 anak-anak dari dua perkawinan pertama.

LAlu, PAk Haji dipanggil Tuhan. Dipanggil meninggalkan dunia tanpa sempat berpamitan dengan siapapun, tanpa sempat menyelesaikan masalah yang diciptakannya di dunia. Jumi berumur 30 tahun, masih merah, masih ranum, masih bermekaran. Dua kali ia menikah, dua kali ia berusaha mencinta, dua kali ia dikecewakannya.

Kini ia hidup demi Layla, anak semata wayangnya karena ia toh hanya istri siri, tak mendapat bagian apapun dalam warisan. Ternyata baru terkuak setelah kematiannya, tiga wanita lainnya dengan anak di tangan atau di perut mengaku istri Pak Haji. Memang seorang petualang cinta Pak Haji kita ini.

Bekerja membanting tulang sebagai buruh cuci untuk menghidupi anaknya. Ia tak mengenal pendidikan, tak mengenal ketrampilan selain pekerjaan rumah tangga dan ia emoh menjadi TKW karena tak sudi meninggalkan putri cantiknya. Selanjutnya, berpuluh-puluh tahun dihabiskannya bekerja dan bekerja, tak mau kenal lagi nama cinta.

"Cinta itu bohong, nak! Carilah suami yang sepadan denganmu, jangan kaya karna kau kan diinjaknya, jangan miskin karna kau kan seperti makmu. Jangan tentara karna kau kan ditinggal dan jangan mau dikawini seorang Haji. Pesannya pada Layla pada umurnya yang ketujuhbelas.


Cinta. Ketika ia menghampiri, Ben adalah seorang pemuda yang baru menamatkan kuliahnya di jurusan Marketing. Malang, ibunya meninggal saat sedang mengunjungi saudara di Jogja. Gempa bumi melanda kota itu dan memporak-porandakan keindahannya.

Segenab keluarganya dirundung duka, terutama ayahnya. Begitu kasihan Ben melihatnya. Perkawinan mereka telah berlangsung 35 tahun dan menghasilkan 4 putra-putri yang elok dan 4 cucu yang lincah. Ben anak bungsu. Setiap pagi kerjaan ayahnya adalah memandangi foto istrinya. Mungkin mengenang masa-masa mereka pacaran 37 tahun yang lalu.

Bobot tubuhnya menurun drastis karena ia tak mau makan. Hal ini berlangsung hampir sebulan. Pada minggu ketiga, ayahnya pergi dan kembali membawa seorang wanita berusia 40-an yang menggandeng seorang anak lelaki kira-kira kelas 5 SD. Ben begitu bingung siapa yang dibawa ayahnya karena tidak pernah ia mengenal wanita dan anak tersebut.

Ada satu kejanggalan, anak lelaki itu begitu mirip dengan abang tertuanya pada waktu ia kecil. Mata itu, mata bocah yang paling bercahaya yang pernah dilihatnya. Ayahnya menjelaskan, "Mulai saat ini, dia ibumu dan Mirna, dia anakmu. Joe adikmu dan Joe, ini kakakmu."

Begitu singkat sampai tak sanggup Ben bereaksi mau marah atau bingung, mau tersenyum pada Joe atau mencabik-cabik wajah Mirna. Misteri perlahan terkuak, Mirna simpanan ayahnya dari 15 tahun yang lalu, dari saat Ben masih berusia tujuh tahun.

Bagaimana mungkin ayahnya menyimpan rahasia ini begitu lama? Apa ibunya tahu? Kalau tahu, apa ia melakukan sesuatu? Kenapa baru diungkap setelah ibu tiada? Apakah tak kan terungkap kalau ibunya tidak meninggal? Lalu, kapan terungkap? Apakah ayah akan membawanya sampai ke liang kubur?

Terus bertanya, terus bertanya dalam hatinya. Setahunya, perkawinan orangtuanya sangat harmonis, keduanya masih mesra bahkan seperti orang pacaran. Ben selalu bermimpi perkawinannya kelak pun akan semesra itu. Perkawinan impian, kata saudara-saudaranya.

Seketika amarah membuncah di dadanya, ia berpikir kalau ayahnya mengkhianati cinta ibunya yang suci. Ibunya yang setia menanti ayahnya pulang dari kantor setiap maghrib, ibunya yang selalu bangun lebih pagi dari siapapun untuk membuat sarapan.

Ya, ibunya yang itu. Yang begitu mengutamakan ayahnya bahkan lebih dari anak-anaknya. Selalu begitu dari dulu, Ben berusaha membayangkan wajah abunya yang dulu, yang selalu tersenyum mengantar ayahnya ke pagar dan berucap Alhamdulilah ketika ayahnya pulang.

Pikirannya membawanya ke arti dan tujuan cinta. Setahunya cinta hanya ada satu, cinta sejati. Lalu, siapa cinta sejati ayahnya? Kalau ibunya, kenapa masih saja bercinta dengan wanita lain? Kalau wanita itu, berarti ayahnya tak bahagia dengan perkawinannya selama 35 tahun? Lalu, kenapa ia menangisi ibunya setiap hari dan memandangi wajahnya di foto?

Ben tidak mengerti. Semakin ia berusaha berpikir, semakin ia tersesat dalam labirin otaknya. Apa mungkin mencintai dua orang sekaligus dalam waktu yang bersamaan? Ia tak mengerti konsep tersebut. Ia terbiasa dengan cinta yang dilihatnya dari kedua orangtuanya, cinta yang itu-itu lagi, sebuah rutinitas perkawinan.

Kemudian ditanyakan pada ayahnya dan ayahnya menjawab: "Jangan tanyakan tentang cinta, nak! Yang kukenal adalah rasa sayang, peghormatan, tanggung-jawab yang mungkin tumbuh kemudian menjadi cinta dan tak terperikan lagi. Mungkin aku salah, maka jangan ikuti aku!"

Cinta. Ketika ia menghampiri, Sarah menyambutnya dengan senyum lebar. Ia telah engenal Tyo dari zaman kanak-kanak, begitu ia mencintai Tyo, pujaan hatinya. Pinangan begitu lama ditunggu-tunggunya, sampai keluarga Sarah pun turun tangan mendesak keluarga Tyo.

Bukan apa-apa, uasi mereka kini 28 tahun padahal mereka telah saling mengenal dari kanak-kanak. Sesungguhnya Tyo adalah pemuda yang baik dan lembut hati, seorang suami yang gentleman dan tak pernah meyakiti Sarah. Ia juga pria yang romantis, selalu memberi bunga mawar merah ketika ia telat pulang dari kantor karena rapat.

Suaminya seorang eksekutif muda yang selalu sibuk dan sering bepergian ke luar kota, tak jarang ke luar negri. Tak pernah Sarah diajaknya, namun Sarah juga tak menaruh curiga atasnya karena suaminya adalah pria setia yang tak pernah dekat dengan wanita lain. Sekretarisnya bahkan adalah seorang pria untuk menghormati istri tercintanya.

Hanya satu masalah mereka setelah 3 tahun pernikahan, mereka belum dikaruniai anak, padahal Sarah sudah berumur 31 tahun. Ia begitu tersiksa setiap ada acara keluarga karena ia pasti menjadi pusat bperhatian dengan satu pertanyaang, "Kapan punya momongan?"

Keluarganya tidak pernah tahu bagaimana ia beitu menginginkan sebuah tangis kanak-kanak di rumahnya yang besar. Mereka juga tak pernah tahu Tyo sanyat jarang menyentuhnya. Sekali-kalinya Sarah yang menggoda habis-habisan, Tyo tergerak juga tapi begitu cepat selesai seakan ia sangat enggan melakukannya.

Sering sekali Sarah mendesaknya, bahkan memohon, sampai lelah dan akhirnya tau juga ia pada usia perkawinannya mencapai 5 tahun bahwa suaminya homoseksual. Setiap tangkai mawar merah adalah kebohongan, sifat lembut hanya kamuflase dan sekretaris prianya adalah untuk memenuhi hasratnya.

Rapat-rapat pada malam hari adalah caranya melarikan diri dari Sarah dan kunjungan-kunjungan ke luar kota adalah kepergiannya bersama sang kekasih. Pengakuan ini dibuatnya sendiri di hadapan Sarah. Sarah mendengar dalam diam, begitu rapat Tyo menyimpan rahasianya yang kelam. Sarah memandangnya dengan dendam.

"Untuk apa kau mengawiniku kalau begitu?" bisiknya lemah. Runtuh sudah potret keluarga bahagia yang dibayangkannya dari dulu. Entah untuk apa diucapnya sumpah setia di gereja dulu. Sumpah sampai maut memisahkan. Tak heran Tyo begitu lama baru meminangnya.

Sarah tersentak, ya dulu keluarganyalah yang mendesak untuk mempercepat perkawinan. Maka ia tak bisa menyalahkan Tyo. Hatinya makin teriris. Inilah cecap cinta yang harus dihadapinya sampai maut memisahkan. Menangisi nasib tak sanggup ia lakukan, menuntut ceraipun tak kuasa dilakukannya. Apa kata orang.

Maka datanglah ia pada pastor yang menikahkannya dan menumpahkan segala jerit batinnya. Kata pastor yang selibat itu, "Cinta itu nafsu. Mungkin nafsu bukan cinta tapi manusia tak lebih dari binatang yang punya naluri untuk melepas nafsu lalu dinamai cinta. Semuanya sama saja. Kini kau telah terikat dan simpulnya ada pada keluargamu."


***

Cinta tak pernah bisa dimengerti masanya. Tiba-tiba ia datang dan menggoncangkan kehidupan para pencinta. Awalnya ia memberi cecap manis yang nikmat dan indah, lalu ia tak lebih hanya untuk pemuas hasrat belaka. Dan ketika ujian itu datang tak ada yang selamat, semua digoncangkannya, semua diaduknya, sampai mual, sampai muntah.

Cinta terkadang hanya rutinitas perkawinan yang menjemukan, berpuluh-puluh tahun hidup bersama dengan pilihan orangtua sampai tak ada lagi rasa itu. Yang tersisa hanya simpul yang mengikat pasangan tersebut.

@@@@@@@@@the end@@@@@@@@@

One thing for sure,
jangan anggep cerpen ini sebagai cara pandang gw terhadap cinta. no. no. absolutely no, cerpen ini cuman cara gw menggambarkan satu sisi dari cinta.

4 Response to "Nemu cerpen lama"

  1. Yohanna Wijaya says:
    1:47 PM

    wah mei..
    cerpen lo, ckckck...
    rumit sekale
    wakaka
    but this is a good one!
    anyway
    ayo jiayou buat novel nya =]

  2. Anonymous Says:
    7:28 AM

    Baru tau cinta segitu rumitnya ya hahaha... Penulisnya pasti mengalami sendiri...
    *Ditimpuk pot*

    Tapi keren kok. Sungguh.

  3. Meilani says:
    10:44 AM

    eeeenga kok hahaha... ada c yg inspired by true story tapi cuma cerita yg paling masuk akal kok dari k3 crita itu...
    coba tebak yg mana hehe...

  4. David says:
    7:02 AM

    waduh mak mei .tak lebih panjang lagi ceritanya....huahhahhahaha